Senin, 19 Maret 2012

Darma Wacana

MERAIH KARUNIA TUHAN MELALUI YADNYA SUARA
Disampaikan pada Darma Wecana di Banjar Triparartha
Tanjung Karang Permai Mataram
Rabu, 7 Maret 2012

Om Swathi Astu, Om Awighnamastu Namosiddham,
Bapak/Ibu para Bakta yang berbahagia, sebelum saya menyampaikan sedikit tentang makna Yadnya Suara dalam upaya meraih karunia Tuhan, ijinkan saya menyampaikan sesuatu bahwa saya tidak bermaksud untuk menggurui Bapak/Ibu yang jauh lebih mempuni dalam bidang spiritual bahkan mungkin sudah pada tahap aplikasinya. Kalau boleh saya umpamakan ibarat main catur, pada awal-awal permainan lebih banyak pion yang menjadi korban. Bahkan para punggawanya (kuda, benteng, loper, dan mentri) yang sulit ditebak gerakannya, ada yang sigsag, lurus, bahkan bebas bergerak kesana kemari. Tapi hari ini saya bukan menjadi korban tetapi menjadi umpan, mudah-mudahan suara ketukan pintu saya didengar oleh pengempon “Pura Dalem” karena saya tidak bisa membuka pintu hati Bapak/Ibu. Orang bijaksana mengatakan sesungguhnya yang membuka pintu adalah dari dalam, dari luar hanya mengetuk saja, walaupun sampai patah tangan ini mengetuk pintu, sampai pegel mulut ini mengucapkan Om Swastiastu, jika dari dalam tidak ada niat untuk membuka pintu, maka pintu tidak akan pernah terbuka. Kembali kecatur, pion walaupun langkahnya terbatas dan hanya boleh melangkah satu kotak, jika pemain catur pintar sebuah pion bisa dimutasi menjadi mentri.
Bapak/Ibu para Bakta yang berbahagia, Yadnya Suara telah berkembang dari sejak Agama Hindu ada, bahkan belakangan mengalami perkembangan yang cukup pesat termasuk juga di Banjar yang kita cintai, cuma masih sebatas kelompok umur tua. Dikalangan anak muda masih belum menyentuh karena belajar kekawin, kidung, dan sekar alit relative tidak mudah, dan dianggap ketrampilan yang tidak mendatangkan profit secara ekonomis. Pada dasarnya semua orang melakukan aktipitas atas dasar profit, tidak banyak yang menyadari bahwa yadnya suara memiliki kekuatan yang “luar biasa dahsyat”. Nyanyian suci merupakan “Gending srana tan pasarana”. Jangankan saat terjaga saat tidur saja napas kita sesungguhnya menyanyikan gending, “dipulese angkihane kone sedeng magending”. Nyinyian suci baik digunakan untuk menjaga diri saat siang maupun malam, “gending melah anggen ngeraksa lemah muah wengi, gending patuh kone cara gegemet, jimat utawi bebadong”. Nedunang Ida Betara sesungguhnya dengan gending (yadnya suara) tetapi dengan reng yang berbeda. Sesungguhnya Weda, Sruti, Sreti, Stawa, Sloka, Mantra merupakan nyanyian suci.
Di dalam Ramayana, 120.30 disebutkan: “Imam arsastrawan nityamitihasapuraatam. Ye narah kirtaisyanti nasty tesam paraabhvah”. Maksudnya: Mereka yang senantiasa mengkidungkan Itihasa yang merupakan pujian abadi dikidungkan para rsi sebagai arsastava yang didalamnya terkandung peristiwa sejarah akan memperoleh kedamaian dan tak terkalahkan dalam hidup ini. Melantunkan syair-syair suci Itihasa akan mendapatkan kemuliaan yang disebut phala sloka. Dalam Ramayana Valmiki 1.1.98.100 dinyatakan bahwa barang siapa yang mendalami kisah Ramayana ini akan disucikan dan bebas dari dosa, sama nilainya dengan membaca seluruh isi veda. Pendalaman Itihasa ini akan menuntun orang jauh dari dosa. Mereka yang serius mendalami Itihasa ini akan memperoleh umur panjang dan setelah meninggal mencapai sorga bersama keturunannya. Brahmana akan memperoleh kesucian dan kemuliaan, Ksatriya akan berkuasa dengan baik melayani rakyat, Waisya akan berbisnis dengan mendapatkan keuntungan yang terhormat dan Sudra akan mendapatkan kekuatan fisik yang senantiasa prima.
Dalam Visnu Purana III.11.94 dinyatakan setelah makan siang orang jangan bekerja dengan tenaga jasmani yang keras, dianjurkan membaca atau mendengarkan pelantunan syair-syair suci Itihasa dan Purana. Tujuan ditulisnya Itihasa dan Purana adalah untuk meningkatkan kulitas hidup manusia, membebaskan dari penderitaan, menuntun Atman menuju Sang Pencipta. Pahala duniawi dan rohani akan didapatkan bagi mereka yang mendalami, melantunkan dan mengamalkan ajaran Itihasa dan Purana dengan baik dan benar sesuai dengan swadharma masing-masing.
Manawa Dharmasastra. II.85 yang meliputi: Vaikari, Upamsu, dan Manasa. Vaikari adalah pelantunan sampai dapat didengar oleh orang di sekitar kita dengan lembut. Upamsu melantunkan syair suci dengan berbisik-bisik khusus untuk dapat didengan telinga sendiri. Sedangkan Manasa pelantunan syair suci dalam hati. Vaikari pahalanya hanya sepuluh, sedangkan dengan Upamsu nilainya seratus dan yang paling utama dengan Manasa nilainya seribu.
Melantunkan nyanyian suci diharapkan:
1) Dapat menciptakan suasana hening dan suci.
2). Memotivasi tumbuhnya hati yang suci bagi peserta upacara yadnya.
3) Memberi peluang kepada semua pihak yang ingin berpartisifasi.
4) Dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kebisingan dan memekakkan telinga.
5) Diarahkan ke dalam hati untuk melembutkan nurani sehingga dapat menimbulkan vibrasi kesucian pada pihak lain.
6) Tidak dilandasi atas niat pamer atau asmita.
7) Melantunkan nyanyian suci tidak bisa hanya berdasarkan keindahan suara.
8) Sikap mental yang melatarbelakangi pelantunan nyanyian suci keagamaan Hindu harus mendapatkan perhatian utama. Menurut Swami Satya Narayana membuat kebisingan yang hiruk pikuk dalam pemujaan Tuhan tergolong dosa.
Menurut Bhagawad Gita VII.1 “Mayya asakta manah partha Yogam yunjanan madavasraya Asamsayam samagram mam Yatha jnyanasyasi tacchrina”. Maksudnya: Dengarkanlah oh Arjuna, pusatkan pikiran padaKu, lakukan yoga dengan sungguh-sungguh. Berlindunglah hanya kepadaKu, jangan ada keraguan, lakukan itu sepenuhnya, maka emgkau mencapai kesadaran Tuhan.
Ada lima hal yang harus dilakukan untuk meraih kesadaran Tuhan yaitu:
1) Asakta Manah yaitu pemusatan pikiran dalam melakukan swadharma. Demikian juga dalam melantunkan nyanyian suci pusatkan pikiran pada Tuhan Yang Maha Kuasa, Ida Sang Hyang Widi Wasa. Dalam Arjunawiwaha disebutkan bahwa:
Sasi wimba haneng gata, mesi banyu
Nda nasing suci nirmala, mesi wulan
Iwa mangkana rakwa kiteng kadadin
Ring angambeki yoga, kiteng sakala
Sekadi rupan bulane sane wenten ring toyane mawadah jun
Nanging salwir toyang hening tan peleten madacing bulan
Wantah sapumika wyakti paduka betara ring sang manudadi
Ring sang ngencepang yoga paduka betara marupa terang
Hanya dengan pikiran suci dan heninglah dapat membukakan cahaya jiwa menerangi pikiran.
2) Yoga Yunjana yaitu melaksanakan ajaran yoga dengan baik dan benar. Yoga adalah mengendalikan gejolak pikiran dalam dinamika alam pikiran.
3) Madawasraya yaitu selalu berlindung pada Tuhan. Sraddha Bhakti pada Tuhan jangan hanya sekedar berbhakti yang bersifat formal, berlindung dan berserah dirilah kepada Tuhan.
4) Asamsaya yaitu jangan ragu-ragu melakukan dharma, janganlah ragu-ragu dalam melantunkan nyanyian suci. Dalam Ramayana juga dinyatakan:
Prihen temen dharma duma ranang sarat
Saraga Sang sadu, sireka, tutana
Tan artha tan kama, pidonya tan yasa
Ya sakti sang Sajjana, dhama raksaka
Dhama itu memang harus dicari dan diusahakan, harta, jabatan, hanya bersifat sementara. Orang yang bijaksana hanya dharma yang selalu menjadi pegangan hidupnya.
5) Samagram yaitu melakukan semuanya dengan sepenuh hati. Kalau dapat menghilangkan keragu-raguan maka langkah selanjutnya adalah melakukan sikap itu dengan sepenuh hati. Tidak ragu-ragu saja belum cukup. Hal itu baru sikap maka harus dilanjutkan dengan perbuatan yang sungguh-sungguh. Kesungguhan dalam berbuat itu adalah wujud bersinerginya jiwa dan raga mendukung ketenangan budhi nurani , kecerdasan intelektual dan kepekaan rasa. Hal itulah yang akan menimbulkan kesungguhan dalam melakukan pengabdian pada dharma mencapai karunia Tuhan. Bentuk karunia itu adalah hidup sehat, dami dan sejahtera lahir batin.
Dalam Dewa Tatwa disebutkan:
Sat wika yadnya puniku
Mawit saking yasa kerti
Nunas panuntun tatimbang
Ring ida sang meraga lingsir
Mangda sampun gangsar tindak
Kirang naya ring pamargi

Yadnya yang utama adalah tergantung pada yasa kerti
Bapak/Ibu, ratu idadane para pemedek yang berbahagia, wantah asapunika presida katur rahina mangkin, sanpun janten akeh kirang antuk titiang ngaturang taler menawi nenten manut ring sejeroning angga sarira ratu idadane sareng sami. Maduluran antuk manah suci nirmala titiang ngelungsur gengrena sinampura. Dumadak Ida Sang Hyang Parama Kawi asung wara nugraha.
Om Santhi Santhi Santhi Om

Mataram, 28 Pebruari 2012
Oleh:


I Ketut Bagiastra

1 komentar:

  1. Review of a Free Casino Site - ChoE Casino
    ChoE Casino. Casino is an online casino that offers a free gaming experience for players from all over worrione the 카지노사이트 world. If you 메리트카지노 want to find out more, we have you covered.

    BalasHapus